Berita MUTIARAPOKER - Ganja atau marijuana dikenal sebagai jenis narkoba yang dampaknya lebih ringan daripada jenis-jenis lain. Bahkan karenanya, beberapa negara bagian Amerika pun mulai melegalkan peredaran obat tersebut, baik untuk kepentingan medis maupun pribadi. Contohnya adalah di Michigan, Missouri, Dakota, dan Utah.
Merespons hal ini, para peneliti pun berusaha untuk mencari tahu lebih dalam mengenai pengaruh ganja terhadap otak manusia. Sudah ada beberapa penelitian yang membahas masalah tersebut.
Salah satu yang disoroti adalah penurunan IQ yang mungkin terjadi pada penggunanya. Tidak hanya itu, sebenarnya masih banyak lho dampak buruk yang disebabkan oleh pemakaian ganja. Apa saja ya? Simak penjelasan berikut ini.
1. Pengaruhnya setelah beberapa jam pemakaian
Dilansir dari Life Hacker, ganja mengandung setidaknya 60 jenis cannabinoid, zat kimia yang memengaruhi reseptor di otak kita. Salah satunya adalah THC atau Tetrahydrocannabinol yang dapat memberikan efek euforia pada kita.
Hasilnya, pengguna akan merasa rileks, senang, dan aktif. Ketika kadar konsumsi sangat tinggi, ganja juga bisa menghasilkan efek halusinasi. Namun ini tidak berlaku untuk semua orang. Terkadang sebagian pengguna justru merasa gelisah dan depresi karenanya. Efek tersebut hanya berlangsung sekitar dua hingga tiga jam setelah pemakaian.
2. Berhubungan erat dengan psikosis
Ilmuwan mengatakan bahwa obat terlarang tersebut berkaitan erat dengan gangguan psikosis. Ini adalah kondisi di mana seseorang tidak bisa membedakan mana hal yang nyata dan imajinasi. Singkatnya, penderita akan terus berhalusinasi.
Menurut studi tahun 2016 yang dipublikasikan oleh Schizophrenia Bulletin, orang tua yang dulunya mengonsumsi ganja lebih berisiko terhadap gangguan tersebut. Ini terjadi karena zat kimia tersebut terus menerus memengaruhi reseptor pada otak kita.
3. Pengguna akan mengalami penurunan IQ
Pengguna terutama remaja yang merokok ganja lebih mungkin untuk mengalami penurunan IQ ketika mereka tua nanti. Studi dari Proceedings of the National Academy of Sciences meneliti 1.037 orang di Selandia Baru. Subjek pernah melakukan tes IQ pada usia 13 tahun (belum memakai ganja). Pada usia 38 tahun, mereka coba tes lagi.
Hasilnya, mereka yang sejak usia remaja sudah merokok ganja mengalami penurunan angka hingga delapan poin. Menariknya, subjek yang mulai melakukan kebiasaan tersebut ketika dewasa tidak mendapatkan pengaruh apa pun.
4. Ganja memiliki pengaruh yang besar pada otak remaja
Melanjutkan pembahasan di poin sebelumnya, ganja ternyata lebih berbahaya terhadap otak para remaja yang belum mencapai ukuran maksimalnya. Efek tersebut ternyata lebih besar lagi untuk mereka yang memiliki riwayat keluarga penderita skizofrenia.
Dilansir dari Live Science, hanya dalam waktu empat tahun, korteks akan menipis secara drastis. Ini akan memengaruhi kemampuan sensoris, berpikir, berbicara, memori, dan banyak aspek lainnya.
5. Dapat mengubah ukuran otak manusia
Menggunakan ganja selama bertahun-tahun juga bisa memengaruhi perubahan ukuran otak. Masih dalam penelitian yang sama, hasil menunjukkan bahwa mereka yang merokok ganja setiap hari selama empat tahun memiliki ukuran orbitofrontal cortex yang lebih kecil. Itu adalah bagian otak yang berkaitan dengan rasa kecanduan.
Peneliti belum menemukan mengapa hal tersebut bisa terjadi. Namun mereka berasumsi bahwa ini ada hubungannya dengan THC, bahan psikoaktif utama yang ada di dalam ganja.
6. Ganja dapat mengacaukan memori
Penggunaan ganja ternyata juga bisa membuat memori kita menjadi kacau dalam jangka waktu tertentu. Dilansir dari Life Hacker, studi di tahun 2012 menemukan bahwa seseorang yang berusaha untuk lepas darinya mengalami gangguan memori selama lebih dari seminggu. Hal ini memang sangat mungkin untuk terjadi mengingat ganja bisa memengaruhi bagian otak yang bertugas untuk menyimpan ingatan kita.
7. Dibandingkan dengan jenis lainnya, pengaruh ganja cenderung lebih ringan
Ganja memang bisa menyebabkan penggunanya kecanduan, tetapi efek tersebut cenderung lebih ringan dibandingkan dengan jenis narkoba lain seperti kokain. Statistiknya menunjukkan bahwa hanya sembilan persen pengguna yang menjadi kecanduan karenanya. Angka tersebut rendah jika dibandingkan dengan tembakau (32 persen), kokain (20 persen), dan minuman beralkohol (15 persen).
Namun para ahli mengatakan bahwa ketika membicarakan ganja, yang harus kita perhatikan adalah pengaruhnya terhadap tubuh dan otak. Bukan kemampuan adiktifnya.
Comments
Post a Comment