Berita MUTIARAPOKER - Sebagian orang akan makan lebih cepat saat hidangan yang di hadapannya adalah makan kesukaannya. Sebagian lainnya justru akan makan lebih cepat ketika makanan yang disantapnya bukanlah menu favoritnya. Sebagian lainnya... pada dasarnya memang makan dengan cepat, tak peduli apakah santapan yang dimilikinya merupakan preferensinya ataupun bukan.
Padahal, sudah banyak imbauan untuk tidak makan dengan terlalu cepat. Setidaknya, makanan perlu dikunyah dengan pas sebelum ditelan sehingga mempermudah proses pencernaan di dalam perut dan menghindari beberapa risiko seperti hasil penelitian berikut ini.
1. Studi dari Jepang
Peneliti di Jepang melakukan studi selama lima tahun terhadap 1.083 orang dewasa. Mereka membagi para responden ke dalam tiga kategori berdasarkan cara makan yang dilakukan: pelan, normal, dan cepat. Selain itu, para responden juga diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan terkait pola diet, aktivitas, fisik, dan histori medis yang dimiliki.
2. Merasa aman... pada awalnya
Pada awalnya, tak ada satu pun dari responden yang mengaku mengalami sindrom metabolik. Artinya, setidaknya mereka tak memiliki tiga faktor risiko termasuk obesitas abdominal, kadar HDL rendah, kadar trigliserida tinggi, tekanan darah tinggi, dan gula darah tinggi. Sebagai catatan, kondisi tersebut biasanya menjadi pemicu beberapa penyakit lebih serius seperti gangguan jantung dan diabetes.
3. Risiko sindrom metabolik
Lima tahun kemudian, sebanyak 84 orang didiagnosis mengalami sindrom metabolik. Berdasarkan hasil yang ada di jurnal Circulation, kecepatan makan menjadi faktor mayoritas.
Mereka yang makan dengan cepat memiliki kemungkinan risiko sindrom metabolik 89 persen lebih besar dibandingkan mereka yang berada dalam kelompok pemakan normal dan lambat. Adapun bagi mereka yang tergolong lama, persentase diagnosis yang dimiliki adalah sebesar 2,3 persen, sementara mereka yang tergolong cepat adalah sebesar 11,6 persen.
4. Kencederungan berat badan melonjak
Tak hanya itu, mereka yang makan dengan cepat juga menunjukkan kenaikan berat badan dan ukuran lingkar pinggang serta dibandingkan mereka yang lebih lambat dalam mengunyah makanan. Bahkan, kadar gula darah mereka juga ikut meningkat karena kebiasaan tersebut.
5. Tak ada sinyal peringatan dari tubuh
Para peneliti mengatakan bahwa makan dengan lebih lambat akan membuatmu merasa lebih kenyang dan tubuh memiliki kesempatan untuk mengingatkanmu agar berhenti makan. Ahli kardiologi Takayuki Yamaji MD dari Hiroshime University pun mengamini hal ini. Makan dengan cepat juga akan menyebabkan fluktuasi glukosa lebih besar sehingga memicu terjadinya resistansi insulin.
6. BMI lebih tinggi
Sebelumnya, ada pula penelitian yang menunjukkan manfaat makan dengan pelan. Sebuah riset dari new Zealand memperlihatkan bahwa individu yang memiliki kebiasaan makan cepat cenderung mempunyai indeks massa tubuh (BMI) lebih tinggi.
7. Kontrol makanan jadi lebih kacau
Tak lupa, studi dari Cina juga menemukan bahwa baik orang-orang yang sehat maupun obesitas, sama-sama makan lebih sedikit ketika diminta untuk mengunyah selama 40 kali dibandingkan saat mengunyah 15 kali. Artinya, saat makan lebih cepat, kontrol terhadap asupan pun jadi lebih kacau. Terkait hal ini, ada pula penelitian yang menyatakan bahwa mengunyah makanan lebih lama dapat membantu membakar kalori hingga 1.000 kalori setiap bulannya.
Terutama di masa kini, makan dengan santai apalagi tanpa distraksi apa pun menjadi sebuah tantangan tersendiri. Namun demi sehat jangka panjang, yuk mulai ubah kebiasaan yang satu ini!
Comments
Post a Comment