Berita MUTIARAPOKER - Demam film Joker melanda seluruh dunia. Film psikologis Amerika Serikat ini berhasil meraih box office di seluruh dunia hanya dalam waktu kurang dari sepekan penayangannya. Tentu kesuksesan film yang diputar di Indonesia mulai tanggal 2 Oktober 2019 ini, berasal dari akting para tokohnya dengan sangat baik, terutama Joaquin phoenix yang berperan Joker. Joaquin bahkan harus berlatih menjadi seorang pengidap gangguan mental agar bisa menjiwai tokoh Joker.
Diceritakan dalam film bahwa Arthur Fleck, yang merupakan nama asli Joker, menderita gangguan mental yang membuatnya tertawa mendadak dengan tak terkendali pada saat ia sedang gelisah atau sedih. Sehingga membuatnya dianggap orang aneh oleh orang-orang di sekitarnya. Gangguan mental tersebut ternyata benar-benar ada lho, dan dalam dunia medis disebut dengan Pseudobulbar Affect (PBA). Penasaran tentang gangguan mental yang dialami Joker ini? Yuk, simak ulasannya berikut ini!
1. Apa itu pseudobulbar affect?
Pseudobulbar Affect merupakan suatu kondisi medis di mana penderitanya tertawa atau menangis secara mendadak dengan tidak terkendali yang terjadi di waktu yang tidak tepat. Penderita pseudobulbar affect memiliki emosi yang normal, namun mengekspresikannya dengan cara yang berlebihan atau berlawanan dari seharusnya. Sehingga gak jarang penderita pseudobulbar affect sering dikira orang gila dan dikucilkan di lingkungan sekitarnya.
2. Terjadi pada orang yang memiliki gangguan neurologis atau memiliki cedera di bagian otaknya
Pseudobulbar Affect umumnya terjadi karena adanya gangguan neurologis atau terjadi cedera yang bisa mempengaruhi kemampuan otak dalam mengontrol emosi. Beberapa gangguan neurologis dan cedera yang bisa menyebabkan pseudobulbar affect yaitu meliputi stroke, penyakit parkinson, alzheimer, amyotrophic lateral sclerosis (ALS), multiple sclerosis (MS), dan cedera otak traumatis.
3. Sering dianggap penyakit psikologis lain
Pseudobulbar affect sering dikira penyakit psikologis lain karena gejala-gejala yang dialami penderitanya mirip dengan gejala penyakit psikologis lain, contohnya saja depresi. Penderita pseudobulbar affect sering menunjukkan gejala mudah menangis secara mendadak, dan hal tersebut mirip dengan gejala yang ditimbulkan karena depresi.
Selain itu, perubahan suasana hati yang tiba-tiba tersebut juga dikaitkan dengan gangguan psikologis lain seperti bipolar disorder, skizofrenia, epilepsi, dan gangguan kecemasan.
4. Pseudobulbar affect dapat dideteksi dengan pengambilan tes darah dan pemindaian otak
Pseudobulbar affect dapat dideteksi dengan tes darah dan pemindaian otak. Selain itu, dokter juga akan meminta pasien menjelaskan secara terperinci tentang kondisi emosinya selama beberapa waktu terakhir. Dengan begitu, akan lebih mempermudah dokter untuk mengetahui ada tidaknya gangguan mental ini.
5. Pseudobulbar affect dapat diatasi dengan obat-obatan khusus dan rutin konsultasi ke dokter
Meski tidak dapat disembuhkan, pseudobulbar affect dapat dikurangi tingkat keparahannya dengan mengonsumsi obat-obatan khusus dan rutin berkonsultasi ke dokter. Dokter biasanya akan meresepkan obat antidepresan dan dextromethorphan hydrobomide serta quinidine sulfate (nuedexta), yang tentunya disesuaikan dengan tingkat keparahan penyakit psikologis tersebut.
Selain itu, penderita pseudobulbar affect juga harus rutin berkonsultasi ke dokter tentang kondisi penyakitnya agar dokter dapat memberikan solusi lain jika pemberian obat dirasa tidak memberikan efek yang besar bagi perawatan pseudobulbar affect.
Nah, itulah ulasan lima fakta tentang pseudobulbar affect, gangguan mental yang diderita Joker. Semoga bermanfaat!
Comments
Post a Comment