Berita MUTIARAPOKER - Hidangan berbahan dasar ikan tuna menjadi sebuah kegemaran bagi orang Jepang dan banyak orang di seluruh dunia. Tuna dikategorikan sebagai panganan kelas atas. Bahkan harga satu ekor tuna sayap biru bisa mencapai 7 miliar rupiah per ekornya. Kuliner berbahan tuna biasanya disajiikan dalam bentuk hidangan sashimi atau sushi.
Namun sebelum menjadi makanan seperti yang kita kenal saat ini, dahulu tuna tidak dapat dikategorikan sebagai makanan. Tidak ada yang mau memakan daging tuna. Berikut adalah beberapa sejarah ikan tuna yang harus kamu ketahui.
1. Dulu dianggap sebagai makanan hewan
Menurut Trevor Corson yang merupakan penulis buku The Story of Sushi pada tahun 1840an ikan tuna dipanen tidak secara musiman dan dijual di sisi jalan. Tuna bukanlah simbol dari sebuah kelezatan makanan.
Daging merah tuna dirasa tidak lezat karena bau yang kuat dan kandungan darah yang terlalu banyak. Untuk mengurangi bau yang kuat itu pedagang jalanan biasanya menguburkan selama beberapa hari dagingnya atau melumuri daging tuna dengan kecap asin.
Bagi orang Jepang kala itu, tuna dianggap sebagai sebuah makanan bagi kaum miskin. Kebanyakan penduduk yang mengonsuminya ialah nelayan dan keluarganya. Bahkan saking hinanya daging tuna, orang Jepang memiliki julukan bagi daging ikan ini, yakni "neko-matagi". Istilah ini berarti, bagi kucing pun memakan daging tuna adalah sebuah penghinaan.
2. Pengaruh gaya hidup Amerika
Setelah perang dunia II pengaruh kebudayaan barat mulai masuk ke Jepang. Orang Jepang mulai memakan apa yang biasa dimakan masyarakat barat termasuk daging merah dan bagian lemaknya.
Perubahan terkait selera makanan tersebut membuka jalan awal bagi populernya tuna sebagai makanan yang lezat dan bergengsi. Titik baliknya terjadi di tahun 1970 di mana daging sapi merah begitu populer di Jepang.
Mereka pun mulai menerima dan mengapresiasi rasa yang kuat dari sebuah daging tuna. kemudian daging tuna menjadi sebuah makanan yang dicari dan diidamkan oleh pasar.
3. Semakin populer seiring ledakan ekonomi jepang di 1970an
Tuna semakin dikenal di pasar Jepang karena ada hubungan dagang antara Amerika Serikat dan Jepang di tahun 1970an. Saat itu Jepang mulai rutin mengekspor barang elektronik ke Amerika melalui pesawat.
Saat hendak kembali ke Jepang, pesawat Japan Airlines tersebut memuat tuna yang dibeli secara murah di pasar Amerika. Tuna, terutama bagian yang berlemaknya, hingga tahun itu bagi orang Amerika masih dianggap makanan binatang. Jadi wajar harganya sangat murah.
Pada akhir tahun 1970 Japan Airlines telah mengimpor sejumlah 173 tuna sirip biru dan bertambah secara signifikan menjadi 1000 ekor tuna pada tahun 1976. Tuna sudah menjadi bisnis ekspor multimiliar saat itu.
Bertumbuhnya minat terhadap tuna memiliki efek positif pada perkembangan industri logistik dan aktivitas penangkapan ikan tuna.
4. Penemuan kulkas membantu populernya Tuna
Tumbuh pesatnya minat terhadap tuna tidak bisa dilepaskan dari teknologi. Perkembangan teknologi pendingin makanan saat itu berperan penting dalam memopulerkan tuna.
Dengan kemampuan membekukan yang lebih canggih ikan tuna akan lebih awet saat dibawa dengan kapal laut ataupun pesawat udara. Dengan teknologi pembekuan ini maka harga jual tuna pun tetap tinggi karena kualitasnya bisa terjaga.
5. Menjadi bisnis jutaan dolar
Tuna, dari yang semula dianggap makanan hewan hingga menjadi makanan simbol gengsi dan berharga tinggi. Bahkan di awal tahun 2019, pada lelang ikan yang berlangsung di pasar Ikan Tsukiji, seekor tuna berbobot 278 kilogram berhasil memecahkan rekor untuk harga tuna termahal di dunia, seharga 3 juta dolar.
Saat ini tuna sudah dikenal dimana-mana. Lebih dari itu ikan tuna telah menjadi simbol dari globalisasi yang berujung pada populernya kuliner sushi. Namun sayang hal itu berimbas negatif pada menurunnya populasi ikan tuna karena semakin banyak diburu.
Nah, itulah tadi sedikit sejarah ikan tuna yang kini jadi bahan makanan favorit khususnya untuk sushi. Mau makan tuna hari ini?
Comments
Post a Comment